Berpotensi Hadapi Kombinasi Maut Delta dan Omicron, Indonesia Disarankan Lakukan Ini

Kamis, 30 Desember 2021 - 23:56 WIB
loading...
Berpotensi Hadapi Kombinasi...
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan bahwa Indonesia bakal menghadapi dua ancaman serius pada 2022. / Foto: ilustrasi/dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan bahwa Indonesia bakal menghadapi dua ancaman serius pada 2022.

Ancaman tersebut datang dari dua varian virus yang tengah mendominasi saat ini, yakni varian Delta dan Omicron . Menurut Dicky, dua varian tersebut bisa jadi kombinasi maut tahun depan.

Seperti diketahui bersama, varian Delta mempunyai potensi menyebabkan keparahan pada pasien yang terinfeksi. Sedangkan Omicron, selain lebih cepat menular, juga bisa menginfeksi orang-orang yang telah divaksinasi.

Baca juga: Ini 3 Kunci Utama Cegah Ancaman Gelombang Ketiga

Menurut Dicky, Omicron juga memiliki potensi untuk menyebabkan keparahan di bawah posisinya varian Delta.

"Makin banyak orang yang terinfeksi, jumlahnya juga akan semakin banyak. Tantangan lainnya adalah sudah banyak masyarakat yang abai ketika hendak masuk tahun ketiga Covid-19," tutur Dicky saat diwawancarai MNC Portal, Kamis (30/12/2021).

Oleh karenanya, cara merespons ancaman ini tidak hanya mengandalkan pada keberhasilan menghadapi varian Delta di masa lalu. Namun, harus meningkatkan kualitas dari respons dengan penguatan.

Misalnya, ketika berbicara tes PCR yang dapat digunakan untuk 3x24 jam sebelum perjalanan, sekarang diubah menjadi 1x24 jam saja.

Contoh lainnya, jika sebelumnya menggunakan masker medis yang biasa saja, sekarang dapat menggunakan masker yang lebih bagus seperti N95 atau setara dengan itu.

Hal lainnya juga bisa diubah terkait dengan aturan karantina. Apabila sebelumnya masa karantina hanya 3-7 hari, maka naikkan lagi durasi karantinanya.

Baca juga: Penasaran dengan Keseriusan Pasangan Anda? Yuk, Cari Tahu dengan 4 Cara Berikut Ini

"Selain itu work from home (WFH) juga menjadi sesuatu yang harus dijaga keberlangsungannya, setidaknya 20 persen," tutupnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1373 seconds (0.1#10.140)